Sejarah Queen
Pada era 1970an tidak banyak
band yang berekses aliran murni seperti kelompok musik Queen. Kuartet
asal Inggris yang beraliran progressive rock, heavy metal serta beragam
aliran lainnya ini berhasil memadukan musik yang bombastis
dan menciptakan permainan opera dengan alunan gitar dan teknik vokal
yang berlapis. Selama bertahun-tahun kelompok Queen membanggakan album
mereka dengan motto “tidak ada satu pun album Queen yang merupakan hasil
rekayasa efek synthesizer”. Brian May dkk mengeluarkan pernyataan
tersebut karena mereka tidak ingin disamakan seperti kelompok band hard
rock pasca Led Zeppelin, yang banyak mengandalkan efek synthesizers.
Sang vokalis, Freddie Mercury mencoba membangkitkan karya musik Queen
dengan bobot humor sentimentil dan aransemen yang mendekati aransemen
musik klasik. Kombinasi yang cukup unik ini dapat didengar pada karya
kelompok Queen yang berjudul “Bohemian Rhapsody”. Sementara itu, Freddie
Mercury, yang dipandang sebagai sosok flamboyan, ternyata menyimpan
rahasia kontroversial, bahwa ia mengalami penyimpangan perilaku seksual,
biseksual. Hal ini tertuang jelas sekali dalam musik Queen, mulai dari
judul lagu yang dipilih sampai ke pengungkapan hasrat secara tidak
langsung yang tertulis pada lirik lagunya. Tak lama berselang setelah
Freddie mengakui hal tersebut, pada tahun 1992 ia meninggal dunia akibat
penyakit AIDS yang dideritanya. Memang aneh apabila kita mengetahui
bahwa lagu pujaan kaum gay seperti “We Are The Champion”, justru menjadi
lagu yang digunakan untuk merayakan momen kemenangan di bidang
olahraga. Namun hal tersebut bisa terjadi karena kepiawaian mengolah
tampilan musik yang dimiliki Freddie Mercury, sebagai sosok yang sangat
dinamis dan karismatik dalam sejarah musik rock. Berkat bakat Freddie
pula lah, kelompok Queen berhasil menjadi salah satu kelompok terkemuka
di dunia pada pertengahan tahun 1970an.
Di Inggris sendiri,
kelompok Queen harus puas menjadi band nomer dua, karena dikalahkan oleh
popularitas dan koleksi musik The Beatles pada tahun 1990an. Saudara,
meskipun menyandang popularitas, pada tahun 1979 majalah musik Rolling
Stones pernah menyebut album Queen yang diberi judul Jazz, sebagai album
fasis. Boleh saja kritik tajam datang menghujam, namun popularitas
kelompok Queen tidak tampak terguncang. Pada penghujung tahun 1980an,
kelompok yang digawangi oleh Freddie Mercury, John Deacon, Brian May,
dan Roger Taylor ini tetap mempunyai pengikut yang fanatik, kecuali di
negara Amerika Serikat.
Tokoh yang berperan sebagai pendiri
kelompok musik Queen adalah sang penabuh drum Roger Taylor dan gitaris
Brian May. Pada tahun 1967, Roger Taylor dan Brian May pernah tergabung
dalam kelompok musik beraliran rock psychedelic yang bernama Smile.
Setelah vokalis utama Tim Staffel hengkang dari kelompok Smile tahun
1971, Brian May dan Roger Taylor membentuk kelompok musik bersama
Freddie Mercury. Freddie Mercury sendiri merupakan mantan vokalis
kelompok Wreckage. Beberapa bulan kemudian, John Deacon bergabung
sebagai pemain bass pada kelompok yang dibentuk Brian, Roger serta
Freddie dan mulai berlatih bersama. Dalam kurun waktu 2 tahun, setelah
keempat personil menyelesaikan kuliahnya, mereka mulai menggelar
sejumlah pertunjukan.
Beberapa saat sebelum album Queen II
dirilis, kelompok Queen pernah tampil dalam kontes musik Top of Pops,
mereka tampil membawakan lagu “Seven Seas of Rhye”. Baik lagu dan
kehadiran Queen di kontes tersebut benar-benar menghasilkan kesuksesan
yang cukup memuaskan. Single “Seven Seas of Rhye” sukses melesat ke
tangga lagu Top Ten, di mana album Queen II berhasil mencapai tangga
lagu urutan ke lima. Saudara, sebelum sampai di penghujung tahun 1974,
kelompok Queen merilis album mereka yang ketiga, yang diberi judul Sheer
Heart Attack. Salah satu single di album tersebut yang berjudul “Killer
Queen” berhasil menempati urutan ke dua tangga lagu di blantika musik
Inggris, sekaligus menghantar album Sheer Heart Attack ke urutan yang
sama.
Kesuksesan album Sheer Heart Attack menembus pasar musik
di Amerika Serikat, ternyata menjadi pembuka jalan bagi kesuksesan album
A Night at the Opera pada tahun berikutnya, atau tahun 1975. Tetapi
memang, kesuksesan yang diraih ini, bukanlah tanpa usaha. Banyak fakta
yang membenarkan bahwa kelompok Queen bekerja sangat keras dan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memproduksi album A Night at the
Opera, dan bisa dikatakan bahwa album tersebut merupakan album rekaman
termahal yang pernah dirilis saat itu. “Bohemian Rhapsody”. Single ini
merupakan salah satu rekaman yang terdapat di album A Night at the
Opera, yang kemudian menjadi lagu simbolis bagi kelompok asal London,
Inggris ini. “Bohemian Rhapsody” mempunyai nuansa selingan opera yang
masih cukup kental namun juga diselingi ciri khas musik metal.
Kelompok Queen membutuhkan waktu 3 minggu untuk merekam lagu tersebut,
dan pengambilan suaranya pun sampai beberapa kali. Video musik
konseptual diproduksi untuk memberikan dukungan popularitas bagi lagu
“Bohemian Rhapsody. Hasilnya, lagu ini berhasil menjadi single nomer
satu dan bertahan selama 9 minggu di Inggris, serta memecahkan rekor
sebagai single terlama yang berada di tangga lagu Inggris. Lagu
“Bohemian Rhapsody” dan album A Night at the Opera juga sama-sama menuai
keberhasilan di Amerika Serikat. Album A Night at the Opera sendiri
sukses berada di jajaran Top Ten chart album Amerika Serikat dan tak
lama kemudian meraih penghargaan platinum.
Setelah sukses
dengan A Night at the Opera, Queen meraih predikat superstar dan berkat
predikat superstar tersebut, Queen langsung menjadi legenda dunia musik
rock. Meskipun sudah menjadi legenda, namun kelompok Queen tetap bekerja
keras menekuni karirnya. Pada musim panas di tahun 1976, Queen tampil
dalam konser gratis di Hyde Park, London dan konser ini berhasil
memecahkan rekor jumlah pengunjung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar: